11 Jul 2014

Tidurnya Orang Puasa Itu Godaan !


Satu bulan penuh kita akan menunaikan ibadah puasa Ramadhan. Dalam hadist, puasa adalah menahan makan dan minum serta hawa nafsu yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Ramadhan adalah bulan ibadah bagi setiap muslim. Bulan yang didalamnya diperintahkan untuk berpuasa, shalat tarawih, membaca Al Qur’an, bersedekah, iti’kaf pada sepuluh hari terakhirnya.

Iya benar, menahan makan dan minum serta hawa nafsu. Bisa dibilang, menahan makan dan minum untuk dewasa ini dapat dengan mudah diatasi. Kita sudah dewasa dan saya yakin semua orang mampu menahan makan dan minum selama puasa. Nah, yang kedua ini yang sangat sulit, yaitu hawa nafsu yang mengurangi pahala bahkan membatalkan puasa.

Kita mampu menahan godaan es puter yang idjual dipinggir jalan sepulang kerja atau kuliah, kita bisa menahan aroma bakso yang jalan jalan didepan hidung kita. Tapi, apakah bisa menahan amarah saat mobil kita disrempet pengendara motor yang ugal ugalan ? apakah kita bisa menahan pandangan mata ketika melihat sesuatu yang haram untuk dilihat ?

Bagi sebagian orang yang setiap harinya selalu terjaga dari hal keburukan pasti tak akan sulit, namun jika kita adalah makhluk yang masih dibutakan akan indahnya duniawi (termasuk ane gan :D) pasti menjadi hal yang sangat sulit untuk dihindarkan. Alih alih ketidaksengajaan menjadi alasan utama.

Kemudian apa hubungannya maksiat dengan tidur ? ada beberapa hadist yang mengatakan, “tidurnya orang puasa adalah ibadah”. Maksud dari hadist tersebut adalah lebih baik tidur daripada melakukan kemaksiatan. Namun, kenapa kita mesti tidur jikalau kita bisa melakukan sesuatu yang menghasilkan pahala ?

Tidur, adalah kebiasaan umum yang dilakukan ketika puasa. Bahkan sampai muncul kalimat, “Tidurnya orang puasa adalah ibadah”. Namun tanpa kita sadari, tidurlah godaan terbesar dalam bulan puasa.

Diantara kita pasti betah tidur siang ketika puasa. Sepulang kerja tidur sampai ashar, kemudian mandi, sholat, sambil menunggu buka puasa. Nah, sebenarnya selain tidur yang menghabiskan waktu tersebut, kita bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat dan menghasilkan pahala.

Sebenarnya tidur siang adalah kebiasaan masyarakat Arab dan beberapa orang sholeh dan ulama terdahulu. Mereka menyebutnya Qailulah yang artinya tidur sebentar waktu siang. Mereka melakukannya tidak hanya pada bulan Ramadhan tapi pada hari-hari biasa juga, khususnya pada waktu musim panas. Para Ulama Sholeh terdahulu menjadikan tujuan dari qailulah ini agar pada malam harinya bisa bangun untuk mendirikan sholat tahajud.

Nah, apakah kita melakukan tidur siang untuk sholat tahajud dan tadaruz Al-Quran dimalam harinya ? kalau aku sih jarang, kalau iya sih tadarus palingan jam 11 udah tidur lagi.

Namun, bagi bagi sebagian banyaknya tidur akan menafikan hikmah dari disyariatkannya berpuasa yaitu untuk melakukan jihad dengan dirinya melawan berbagai tarikan-tarikan hawa nafsu dan syahwatnya selama puasa.

Pada hakikatnya tidak ada larangan untuk tidur, tidur itu perlu. Namun alangkah baiknya waktu yang kita gunakan untuk tidur bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna

Ustadz Sigit Pranowo berpendapat :

Hadits ”Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah” terdapat didalam kitab ”Ihya Ulumuddin” milik Imam Ghazali. Namun al Iroqi mengatakan bahwa kami meriwayatkannya didalam ”Amalii Ibnu Mundah” dari riwayat Ibnul Mughiroh al Qowas dari Abdullah bin umar dengan sanad lemah atau mungkin Abdullah bin ’Amr.

Adapun hadits lainnya yang berbunyi,”Tidurnya orang yang berpuasa ibadah, diamnya tasbih, doanya diijabah dan amalnya diterima.” maka menurut Syeikh Al Bani didalam kitabnya ”as Silsilah adh Dhaifah wa al Maudhu’ah” (10/230) adalah lemah.

Hadits itu diriwayatkan oleh Abu Muhammad bin Sho’id didalam ”Musnad Ibnu Abi Aufa” (2/120), ad Dailamiy (93/4) dan al Wahidiy didalam ’Al Wasith” (1/65/1) dari Sulaiman bin Amr dari Abdul Malik bin Umair dari Ibnu Abi Aufa.

Al Bani mengatakan bahwa hadits ini palsu, Sulaiman bin Umar adalah Abu Daud an Nakh’i adalah seorang pendusta.

Pemilik kitab ”Faidhul Qodir” mengatakan bahwa didalamnya terdapat Ma’ruf bin Hasan—ia adalah salah seorang—yang lemah sedangkan Sulaiman bin Umar an Nakh’i adalah orang yang lebih lemah darinya.

Al Hafizh al Iroqi mengatakan bahwa didalam hadits itu terdapat Sulaiman an Nakh’i ia adalah salah seorang pendusta. (Faidhul Qodir juz VI hal 290)

Dengan demikian tidurnya orang yang berpuasa bukanlah ibadah karena hadits itu tidak benar berasal dari Rasulullah saw.


Nah, sekarang baru tau kan ternyata selama ini saya telah tergoda dengan yang namanya tidur.

Kalau tidur hanya untuk bermalas-malasan dan meninggalkan kewajiban serta menelantarkan tugas, tentu itu sangat bertentangan dengan makna ibadah puasa itu sendiri. Para Sahabat Rasulullah s.a.w. menjalani puasa Ramadhan dengan tugas-tugas yang cukup berat, seperti perang Badar dan penaklukan Makkah. Ini semua petunjuk bahwa puasa bukan untuk menjadikan kita malas, tapi puasa adalah spirit agar kita bisa memberikan yang lebih baik meskipun dengan keterbatasan diri kita.

Coba kita nengok ke masjid masjid ketika habis Dzuhur, tidak sedikit orang sedang tidur pulas didalam masjid, bahkan ketika tidak bulan puasa. Sampai sampai tak sedikit pula takmir masjid yang member catatan didinding, “Dilarang Tidur Didalam Masjid”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More