18 Nov 2012

Guru Adalah Dedikasi, Bukan Pekerjaan



Pagi itu pukul 06.45, bel berbunyi tanda pelajaran sudah dimulai. Jam pelajaran pertama adalah Matematika. Saat itu aku masih berada di gerbang. Aku memang mempunyai kebiasaan berangkat agag molor. Pukul 06.30 lebih baru berangkat, padahal jarak rumah dengan sekolah sekitar 20km dan memerlukan waktu lebih dari 20 menit.

Seperti hari hariku biasanya, dalam hati ku bergumam, “yah, telat lagi, biarin deh”. Aku sangat santai mengendarai motorku menuju parkir sekolah. Belum juga berhenti memarkir motor, ku lihat Bu Widarti, wali kelas serta menjadi guru pengajar Matematika di kelasku, berjalan cepat dengan langkah kaki pendek namun gerakan kakinya cepat sekali layaknya orang lari. Jika dihitung dengan sepedometer mungkin kecepatannya sekitar 7km/jam-an. Aku anggap mungkin tidak terjadi apa apa ketika aku telat, seperti guru lain pada umumnya. Tinggal bilang alasannya telat “bangunnya kesiangan”. Udah beres, dan langsung disuruh duduk.

Ternyata semua anggapanku salah. Aku terkejut ketika sampai didepan pintu kelas. Ku ucapkan salam, sama sekali tidak dianggap oleh Bu Wid (sapaan akrab Beliau). Sekali lagi, “assalamualaikum”. Sekali lagi pula tak dijawab. Bu Wid terus melanjutkan kegiatannya mengajar dikelasku. Aku pun berdiri diam didepan pintu. Cukup lama, sekitar 15 menit. Sampai akhirnya, ku kembali mengucapkan salam untuk yang terakhir kalinya,“assalamualaikum”. Teman-temanku menjawabnya,”waalaikum salam”. Bu Wid menoleh, sambil menjawab pelan.

“eh, ada apa ? sana sana, saya tidak mau melihat anak saya pemalas yang suka telat !”

“maaf Bu Wid, saya telat”, jawabku pelan.

“saya sudah tahu kamu telat, kenapa bisa telat ?” jawab Bu Wid dengan jutek seperti biasa.

“bangunnya kesiangan Bu.”, alasan yang telah aku buat jauh jauh dari rumah sebelum berangkat.

“sudah mengerjakan PR ?”. memang kebiasaan Beliau adalah selalu memberikan tugas rumah pada akhir pelajaran. Tak pernah sekalipun Ia tidak memberikan tugas. Karena Bu Wid yakin jika anak didiknya tidak akan belajar di rumah kalau tidak ada PR, tugas, atau besoknya ulangan.

“sudah Bu”, “mana-mana, coba lihat !”.

Ku ambil buku tulisku. Buku tulis merah dengan sampul plastik rapi. Memang peraturan yang Beliau terapkan adalah semua buku pelajaran Matematika, entah buku tulis ataupun buku paket harus disampul rapi. Dan satu lagi yang unik dari Bu Wid, Ia mewajibkan semua siswa mengenakan papan nama saat pelajarannya. Supaya Bu Wid lebih mudah dan cepat mengenal para anak didiknya.

“cek !!”, kata Beliau, kata itu yang sering di ucapkan Beliau untuk memeriksa apakah catatan anak anaknya sudah lengkap atau belum. Beliau memeriksa buku tulisku. Buku tugas dan buku catatan. Semuanya tak luput dari pemeriksaan Beliau.

“nah, ini... Kenapa rumusnya belum diberi kotak ? ini juga belum dikasih warna?”, setiap ada rumus dan hal yang perlu diingat, Beliau menyuruh untuk diberi kotak dan memakai bolpoin warna. Itu selalu yang ditekankan Beliau.

“maaf Bu, belum sempat”.

“sana sana, keluar ! Kerjakan diluar sekarang !”, Beliau langsng menyuruhku keluar hanya untuk sekedar memberi kotak dan warna pada rumus yang kemarin diberikan. Memang gaya mengajar yang Beliau terapkan bukanlah main-main. Tak ada toleransi sedikitpun. Begitu tegas, keras, namun perhatian dan penuh kasih sayang selayaknya ibu. Aku akhirnya keluar dan mengerjakan kekurangan yang belum aku selesaikan di luar kelas. Duduk di depan kelas samping pintu masuk. Kelas kami berhadapan dengan ruang guru, tak sedikit para guru berlalu lalang didepan ruang kelasku. Aku hanya tertunduk malu dan memberikan senyum tipis kepada setiap guru yang lewat. “Bodohnya diriku”, dalam batinku.

Setelah selesai memberi kotak dan memberi warna pada rumus, saatnya masuk kelas. Seperti pagi tadi, untuk masuk kelas pun harus melalui perjuangan pula. Aku harus menunggu sampai Bu Wid selesai menerangkan. Setelah Beliau selesai, lalu Ia memanggilku.

“sudah?”

“sudah Bu”, jawabku.

“iya, bagus. Ya kayak gini lho, kan kalau di lihat enak. Nanti juga gampang buat belajarnya”. Ia memujiku. Seperti tidak terjadi apa-apa. Ia begitu ramah menerangkan. Padahal 5 menit yang lalu Ia begitu melotot melihatku karena telat dan belum selesai mencatat. Hatiku pun kembali tenang. Inilah Bu Wid. Bisa sangat marah, namun jika anak-anak melakukan sesuatu dengan sempurna Ia akan memuji dan sangat ramah penuh kasih sayang.

Keesokan harinya sat pelajaran matematika juga. Namun saya kali ini tidak telat pelajarannya Bu Wid, karena memang pelajarannya jam kedua setelah pelajaran Biologi kesukaanku.

Bu Wid sedang membahas PR yang telah diberikan kemarin. Saat itu aku duduk dibelakang. Jauh dari meja guru. Tapi Bu Wid sedang berdiri di depan dekat papan tulis. Ia tidak pernah sekalipun menerangkan sambil duduk. Tiap kali menerangkan Ia selalu berdiri agar semua murid bisa melihatnya. Kembali ke masalah utama, aku memanfaatkan letakku yang jauh dibelakang untuk sekedar ngobrol sedikit dengan teman sebangkuku, Seto. Aku dan Seto mengobrol masalah SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Ya, sebentar lagi kami akan ujian dan harus meneruskan ke jenjang kuliah. Aku mengobrol asyik sampai aku lupa kalau saat itu kelas sedang membahas PR yang kemarin. Dan parahnya lagi Bu Wid tengah memperhatikanku. Tiba tiba, tanpa basa basi aku dipanggil Bu Wid.

“mas Adhy ?”, Beliau biasa memanggil anak didiknya dengan mas atau mbak. Dan yang sangat mengagumkan, dia begitu hafal nama anak didiknya satu per satu. Ia sangat mengenal karakteristik anak didiknya. Ini yang jarang di temui oleh guru guru lain. Ia selalu mengajari satu per satu anak yang kurang paham sehingga Ia hafal betul anak didik yang di ajarnya. Bukan hanya pada kelas kami, tapi juga semua kelas yang di ajarnya.

“tolong kamu kerjakan nomer selanjutnya !”, perintah Beliau kepadaku.

Aku terkejut, aku bingung harus mengerjakan nomer berapa. Karena saat itu aku sama sekali tidak memperhatikan jalannya pembahasan. Dengan terpaksa dan tanpa berpikir panjang, aku berucap soal yang terakhir aku lihat, yaitu nomor 2. Namun semua teman-teman menertawakanku. Bu Wid pun geleng-geleng kepala.

“itu lho akibatnya kalau ngobrol sendiri tanpa memperhatikan pelajaran, sekarang keluar!! Teruskan ngobrolmu di luar sana saja!!”.

Aku dan Seto pun keluar kelas dengan membawa buku tulis. Betapa malunya diriku. Sudah kedua kalinya aku disuruh keluar. “Kenapa selalu aku yang kena”, gumamku.

Diluar kelas, aku dan Seto hanya bisa saling menatap, merenungi kenapa ini kok bisa terjadi. tak jarang kami pun tertawa lepas menertawai perbuatan kami sendiri.

Kelasku letaknya dibelakang ruang guru. Ruang guru memounyai 2 sisi, yaitu sisi depan dan belakang. Semua sisi mempunyai masing masing satu pintu. Dan sekelilingnya terdapat jendela dari kaca. Itu memungkinkan para guru yang ada didalam dapat memperhatikan para siswanya yang ada diluar. Contohnya memperhatikanku yang sedang dihukum dikeluarkan dari kelas. Dan ditambah lagi banyak guru guru yang berlalu lalang lewat depan kelasku. Tak parahnya, hampir semua guru yang lewat sana pasti menoleh ke arah aku dan Seto. Kami balas dengan senyuman rintih.

“kenapa kalian diluar ?”, Tanya guru kimia saat lewat didepan aku dan Seto.

“hehehe, mengobrol sendiri Bu”, jawab kami malu.

Bu Guru kimia itu pun tersenyum dan berlalu begitu saja. Aku merasa lega.

Yang sangat aku takutkan saat itu adalah jangan sampai nanti Bu Guru bahasa Inggris lewat didepanku. Karena apa ? Beliau adalah Tanteku sendiri. Bisa ramai dirumah nanti kalau Beliau tahu kalau aku dikeluarkan dari kelas. Untungnya sampai sejauh ini masih aman.

20 menit berlalu.

“mas Adhy, mas Seto ? salah berapa ?”,panggil Bu Wid memecah lamunan kami diluar kelas.

“Benar semuanya Bu”, jawab kami berdua.

“coba sini lihat”, panggil Bu Wid.

Aku pun tersenyum bahagia. Akhirnya berakhir juga deritaku diluar kelas.

“tadi ngobrolin apa kok serius sekali ?”, Tanya Bu Wid ingin kejelasan permasalahannya.

“tentang SNMPTN Bu.”, jawab kami mantab.

“bagus itu, tapi tempat dan waktunya yang tidak tepat. Kalian harus tahu saatnya mendengarkan dan saatnya berbicara. Jangan berbicara sendiri saat orang lain sedang menerangkan. Paham ?”, nasehat Bu Wid kepada kami.

“iya Bu, maafkan kami.”,

“jadi, siapa yang jawabanya benar semua ?”, Tanya Bu Wid kepada aku dan Seto.

“(aku dan Seto mengangkat tangan)”,

“Bagus..”, puji Bu Wid, “Tepuk tangan”.

Aku dan seto bertepuk tangan sambil masih didepan kelas. Suasana saat itu pun berubah menjadi riang.
Bu Wid ketika selesai mencocokkan PR pasti bertanya pada kami sambil tersenyum, “siapa salah 1 ? salah 2 ? salah 3 ? salah 4 ? salah semua ? dan siapa benar semua ? (kami semua mengangkat tangan. Tepuk tangan”

Bagi seseorang yang baru mengenal beliau pasti berpikir gaya mengajarnya seperti anak TK. Namun jika sudah dekat, semua itu akan berubah menjadi nilai lebih yang mampu menarik para siswa SMA.

Bel berbunyi dari loadspeaker di atas papan tulis. Inilah saat saat yang kami tunggu. Bel pulang. Jam dinding tertuju pada pukul 13.20 WIB. Pelajaran telah usai. Anak anak kelas lain sudah berebut pintu gerbang untuk segera keluar dari kawasan sekolah. Aku dan teman sekelasku asyik menyaksikan teman-teman yang lain berbondong-bondong pulang. Kenapa tidak ikut pulang ? ya, kami ada jam tambahan dari Bu Wid. Sejak pertama kali mengajar di SMAN 1 Maospati, sebuah SMA favorit di Magetan Jawa Timur, Beliau tak pernah melewatkan yang namanya jam tambahan. Bukan hanya untuk kelas 3, tapi juga kelas 1 dan 2 pun juga di berikan oleh Bu Wid. Selama seminggu penuh secara bergantian tiap kelas menjalani jam tambahan ini. Ini sudah menjadi tradisi Beliau sejak dulu.

Hanya Beliau guru satu-satunya yang menerapkan jam tambahan sendiri. Dan satu hal yang harus dicatat, bahwa tambahan jam pelajaran ini adalah “gratis”. Bu Wid dengan Cuma Cuma mengrobankan waktu dan tenaganya untuk diberikan mengajar kami.

Bu Wid tak hanya mengajar pada sekolah kami, namun kebetulan Beliau juga mengajar di SMA PGRI disamping sekolahku. Dan ternyata, bu WId juga memberikan jam tambahannya kepada siswa SMA PGRI. Bahkan pada jadwal tambahan hari jumat, kelasku harus menunggu dimulainya tambahan pada pukul setengah 3 sore. Karena Bu Wid masih mengisi tambahan di SMA PGRI. Tak bisa dibayangkan bagaimana kondisi setamina Beliau harus dikobarkan.

Bu Wid sangat menganjurkan kami semua untuk selalu mengikuti tambahan jam beliau. Bahkan hal itu dibuktikan beliau lewat sikapnya sewaktu menghadapi sikap kami yang bandel yang ingin tidak mengikuti tambahan. Bu Wid pernah marah besar sampai kami dibiarkan dengan hanya diberi tugas tanpa di terangkan sampai berhari hari karena kami hanya ingin jam tambahan di tiadakan sekali waktu.

Tepat 1 jam setengah jam tambahan berlangsung. Jam tambahan dirasa Bu Wid sudah cukup dan materi yang disiapkan telah tersampaikan. Dan saatnya pulang untuk yang tidak berkepentingan. Kalau yang berkepentingan ? ya tetap tinggal dikelas.

Berkepentingan yang dimaksud adalah yang ada jadwal piket kelas. Tak seperti piket pada umumnya, yang hanya menyapu lantai, membersihkan papan tulis dan mentoknya membersihkan jendela. Kami pun di ajarkan Bu Wid untuk melantai (mengepel lantai) setiap seminggu sekali. Sangat berbeda dengan kelas kelas lain yang tidak di ajar Bu Wid. Mungkin mereka hanya memastikan tidak ada kotoran sampah, namun kelas kami dengan Bu Wid sebagai otaknya memastikan bahwa tidak ada debu. Sangat teliti sekali.

Tak hanya kebersihan, tata letak dan hiasan yang ada dikelas pun semua dibawah asuhan Beliau. Jika ada suatu penempatan hiasan dinding yang kurang pas, maka Beliau akan complain dan menyuruh untuk membetulkan.

Aku, kelas, dan Bu Wid mampu mengukir prestasi bersama selama satu tahun. Adalah juara Umum Kebersihan Kelas dalam rangka HUT sekolah. Kemenangan kelas kami sudah mampu ditebak, para guru dan siswa sudah menjagokan kelas kami untuk menang. Dan memang benar, kami menang.

Ternyata Bu Wid mempunyai sisi lain yang berbeda dalam kehidupan kesehariannya. Seorang diri tinggal dirumahnya, hanya ditemani keponakannya yang juga sekolah di SMAN 1 Maospati. Bu Wid telah lama ditinggal suaminya, Alm. Bpk Sudadi, seorang purnawirawan. Membesarkan seorang anak laki-laki seorang diri, yang sekarang sudah menjadi perwira TNI dan baru saja melangsungkan pernikahan.

Kini Beliau mendedikasikan penuh  hidupnya untuk mengajar, karena baginya, kami para siswa adalah keluarganya. Tepatnya Bu Wid menganggap dan memperlakukan kami layaknya seorang anak.

Beliau lahir pada tanggal 12 Juni 1958 di Bandung. Menjadi seorang guru pada tahun 1986. Sebelum mengajar di SMA ku, SMAN 1 Maospati, Beliau mengajar di salah satu SMA di Pekalongan, SMAN 1 Batang. Itulah penempatan pertama Beliau. Sebuah transformasi yang signifikan. Dari Jawa barat, kemudian berjalan ke ujung timur pulau Jawa.

Beliau termasuk guru senior yang telah mengabdikan hidupnya untuk pendidikan di Indonesia tak hanya bertahun-tahun, namun berpuluh-puluh tahun. Jika mencoba membandingkan dengan guru sekarang, soal kualitas Bu Wid mungkin bisa dikatakan masih dibawah guru sekarang. Namun yang harus dicontoh oleh guru sekarang kepada Bu Wid adalah “dedikasinya”.

Seperti kita tahu, jaman dahulu hanya orang yang mempunyai hati nasionalisme yang ingin mencerdaskan bangsa yang jadi guru. Karena jaman dahulu guru itu gajinya kecil, bahkan tidak dibayar. Namun mempunyai dedikasi penuh yang luar biasa.

Berbeda dengan keadaan sekarang, guru telah menjadi idaman. Profesi guru, sekarang menjadi pekerjaan, bukan pengabdian dan amanat. Jumlah guru sekarang berlimpah, kualitas juga diatas rata-rata, tapi apakah semuanya mampu sepenuh hati berdedikasi dan rela mengorbankan waktu dan tenaga demi anak didiknya. Itu yang menjadi perhatian.

Guru seperti halnya pahlawan, sebuah sebutan pahlawan bukanlah berarti sebuah pekerjaan. Namun lebih mengarah pada penghargaan. Penghargaan karena loyalitas dan dedikasinya dalam bidang tertentu. Sehingga mereka dianugerahkan sebagai pahlawan. Ya, dianugerahkan sebagai pahlawan, bukan dipekerjakan sebagai pahlawan.

Semoga dengan kisah inspiratif dari seorang Bu Wid ini mampu memberi refleksi apa makna sebenarnya tentang guru. Bukan untuk dia, kamu, atau mereka, tapi untuk kita.

***

1 tahun berlalu, kami telah lulus dari SMA. Bu Wid telah melepas kami untuk meneruskan cita-cita kami. Jasa, pelajaran hidup, pembentukan karakter dan didikan dari Beliau akan sangat bermanfaat untuk kami didunia perkuliahan maupun dalam dunia kerja nantinya. Moto Beliau akan selalu kami genggam erat, Kerjakanlah Sesuatu Yang Menghasilkan, Selagi Kita Bisa !

Sebagai wujud terimakasih dan perhatian kami, kami memberikan kejutan di ulang tahun Bu Wid yang ke 54 di kediamannya. Walau hadiah dan persembahan di hari ulang tahunnya yang kami berikan tidak akan cukup menggantikan pengorbanan Beliau selama ini. Namun akan kami tepati janji kami untuk terus mengejar impian setinggi mungkin seperti yang Bu Wid harapkan, Selagi Kita Bisa !





Semua yang kami berikan ini tak seberapa jika dibandingkan yang Ibu berikan, namun cukup mewakili rasa terimakasih kami atas pengorbanan dan kesungguhan Ibu mengajar kami.

Artikel ini diikut sertakan dalam Lomba Blog Gerakan Indonesia Berkibar"Guruku Pahlawanku".

14 Okt 2012

Cara Mencegah dan Menanggulangi Tawuran

Latar Belakang

Tinggal didesa terpelosok seperti saya, tepatnya di desa Pencol, sebuah desa kecil di kabupaten Magetan, kata tawuran mungkin agag mengambang. Antara familiar dan langka atau asing. Karena tawuran itu kalau didesa saya tergolong langka. Mungkin terjadi antara 10 tahun sekali (kayak pemilu, hehehe).

Akhir akhir ini mendengar berita di media masa seperti televise khususnya, bahwa terjadi tawuran antar pelajar di Jakarta yang sampai menewaskan 1 siswa. Kaget warga desa kami mendengar berita itu, dalam benaknya, “kok tega ya ?”.

Di desaku suasana keakraban antar warga masihlah kental. Setiap hari mereka selalu saling bertemu dan menyapa. Pagi hari ketika bapak bapak berangkat ke sawah, pasti mereka berangkat bersama-sama. Seraya membicarakan sesuatu yang telah terjadi, bertanya tentang tanaman masing-masing, atau sekedar basa-basi tidak penting. Namun itulah kebersamaan.

Di tempat lain, ibu ibu sedang asyik bercengkerama setelah sibuk memilih sayur. Penjual sayur itulah yang tiap pagi memanggil para ibu-ibu di sekitar rumah hingga semua berkumpul untuk membeli sayurnya. Walau terkadang tak banyak yang mereka beli, ibu-ibu lebih menyukai kegiatan berkumpul ini daripada belanjanya sendiri. Disinilah sumber dari seluruh sumber informasi berkumpul. Terjadi sebuah dialog antar anggota yang memunculkan pemikiran-pemikiran simple atas logika mereka. Saling berlomba-lomba menarik sebuah kesimpulan yang pasti dan paling logic.

Inilah enaknya tinggal didesa, butuh informasi tak harus beli Koran, tak harus akses internet, hanya cukup keluar rumah sambil berburu jajanan pasar pagi. Umumnya, berita yang tersaji adalah berita social. Berita politik belum sampai ke pemikiran mereka, apalagi berita olahraga, bukan makanan ibu-ibu. Dan berita social itu pun hanya dilingkup desanya sendiri, paling jauh di desa sebelah.

Jika disimak lebih mendalam, sebenarnya itu bukan berita, namun lebih pada gossip. Seseorang yang bertindak nyeleneh, atau bahasa Indonesianya bertindak melanggar norma. Perbuatan yang pernah menjadi topic ibu-ibu selama ini antara lain, pencurian kambing disalah satu warga desa, pacaran yang kepergok di tengah sawah, perkelahian antara 2 remaja desa, dan pengeroyokan warga desa sebelah terhadapa salah satu remaja desa kami.

Semua yang ibu-ibu perbincangan rata-rata adalah perbuatan nakal dari para remaja desa kami. Tak hanya perbuatan saja, tapi juga sikapnya kepada warga yang lain. Sebagai orang jawa yang menjunjung tinggi adat jawa, kita harus ramah tamah kepada orang yang lebih tua. Contohnya, ketika sedang bertemu dijalan, harus menyapa terlebih dahulu. Kemudian jika berjalan di depan orang lebih tua yang sedang duduk, harus permisi.
Itulah, kenapa warga desa mempunyai karakter yang polos namun penuh sopan dan tata karma. Karena apa ? karena sejak kecil mereka dididik. Jika tidak sopan, tata karma, dan berperilaku social baik, mereka akan menjadi bahan pergunjingan warga. Dan akibat parahnya adalah dikucilkan oleh seluruh warga desa.

Didesa kami, hokum adat seperti itu lebih kuat daripada hukum pidana. Mereka lebih takut dijadikan bahan pergunjingan daripada ditangkap polisi. Tatkala ditangkap polisi, ia tidak memikirkan proses apa yang harus ia jalani di hadapan hokum, tapi lebih bagaimana ia nantinya menahan malu dihadapan warga.

Itulah kenapa, tawuran jarang sekali ditemui di daerah pelosok pedewasaan, khususnya di tanah jawa ini. Dan sepertinya itu semua menjadi senjata ampuh untuk menangani tawuran yang semakin merebak sekarang ini.

Prosesnya memang lama, yaitu sudah benar-benar ditanamkan sejak kecil. Lingkungan juga mendukung untuk membentuk karakter remaja. Salah sedikit dari remaja, sejuta gunjingan bertebaran didesanya. Malu lah remaja itu akan permuatannya. Dan akhirnya, mereka jera untuk tidak berbuat menyimpang kembali.

***

Solusi


Selanjutnya untuk lebih mengoptimalkan penanggulan tawuran, sekolah harus berperan aktif. Selama ini, tawuran menyangkut nama sekolah. Akar permasalahannya pun marak terjadi karena dendam antar sekolah yang sudah terjalin bertahun-tahun lalu.

Perbanyak Tugas dan kegiatan.

Tugas adalah kewajiban siswa. Semua sekolah pasti menerapkan tugas bagi setiap siswanya. Namun perbedaan terjadi pada porsi-nya.

Sekolahku begitu banyak tugas, setiap guru pasti memberikan tugas. Setiap hari pasti ada tugas. Hingga sepulang sekolah kami tak lekas pulang kerumah, namun masih didalam kelas untuk mengerjakan tugas bersama. Jika tidak begitu, keesokan harinya akan repot sendiri.

Tawuran selama ini terjhadi saat sepulang sekolah. Dengan member tugas semacam ini, mereka akan terhindar dari pergaulan untuk mengajaknya tawuran.


Jaga hubungan antara Guru dan siswa

Hal ini mengacu pada adat istiadat didesaku tadi. Yaitu masalah hukum adat.

Sekolahku mewajibkan ketika siswa bertemu guru, kita harus memegang 3S, Senyum, Salam, Sapa. Tiap kali berhadapan dengan guru, senyum harus selalu ditunjukkan, dilanjutkan dengan salam cium tangan, dan kemudian menyapa, entah itu hanya sekedar selamat pagi atau selamat siang.

Dengan hal itu akan menambah keakraban dan kekeluargaan yang terjalin di dalam sakolah. Para siswa akan terdorong hatinya bahwa sekolah adalah keluarga. Dan mereka akan membawa nama baik keluarga dengan tidak bertindak ceroboh diluar rumah. Dalam hal ini adalah sekolahnya.


Jam kegiatan

Perbanyak tugas dan kegiatan ekstrakurikuler. Walau pada awalnya akan menambah beban siswa, namun kedepannya akan baik pada perilaku siswa.

Seperti pada sekolahku, masuk jam 6.45 pagi dan selesai pada pukul 14.15. namun, belum sampai disana, dalam beberapa hari tertentu masih ditambah jam pelajaran tambahan mulai pukul 14.45 hingga pukul 16.15. baru kemudian kami pulang. Dengan begitu, mereka akan capek dan ingin lekas pulang. Tak ada waktu untuk main sepulang sekolah. Buktinya, sekolah kami selama ini belum ada kasus tawuran, bahkan berkelahi pun jarang. Bukan karena siswanya baik, tapi karena mereka tak ada waktu untuk memikirkan hal yang tak penting sepertti itu.


Lebih baik pulang sore dan mengerjakan tugas daripada pulang awal namun tawuran.
(gbr.atas : SindoRadio.com, gbr .bawah doc. pribadi)

Fasilitasi siswa, buat mereka nyaman

Salah satu factor penyebab tawuran diantara yaitu rasa iri terhadap sekolah lain.

Seperti saat acara kompetisi futsal antar SMA di daerahku. Sekolahku yang merupakan RSBI melawan sekolah yang masih SSN. Sekolahku sebelumnya memang ada ekskul futsal yang dilatih tiap minggu oleh pelatih yang ditunjuk sekolah. Dan hasilnya, kualitas dan latihan membuktikan, kami menang atas sekolah lawan. Namun apa yang terjadi, supporter lawan yang merupakan siswa SMA tersebut marah, tidak rela dan menyerang supporter kami.

Berawal dari sekolah mereka yang tak memfasilitasi secara maksimal, berbuntut pada prestasi dan menyulut amarah siswa. Dan akibat terburuknya, yaitu dendam. Yang sewaktu-waktu bisa diteruskan dikemudian hari.
Untuk itu, sekolah lebih memfasilitasi dan memberikan yang terbaik untuk siswa. Akhirnnya, siswa akan nyaman dengan kondisi sekarang dan bangga akan sekolahnya. Walau kalah dalam satu bidang, namun tetap unggul dalam bidang lainnya.


Biasakan dialog

Sekarang masuk ke media pembelajaran. Media pembelajaran interaktif perlu dipraktekkan. Kreatifitas dan keberanian siswa dalam menyampaikan pendapat harus sedini mungkin dibentuk.

Tak perlu jauh-jauh, disekolahku saja. Tiap pelajaran selalu ada sesi diskusi. Dalam sesi ini, semua siswa harus aktif dan berani dan tentunya bijaksana dalam mengambil keputusan kelompok. Juga harus bertanggung jawab dengan apa yang diutarakan.

Ini akan berdampak baik dalam kehidupan social siswa. Jika sekelompok siswa mempunyai masalah dengan sekelompok siswa lain, bisa didiskusikan dan diambil jalan tengahnya. Dengan modal berani dan bertanggung jawab dari materi diskusi yang dipraktrekkan dalam pembelajaran.

Setidak-tidaknya jika tidak terjadi diskusi, mereka akan segan untuk melakukan aksi fisik. Dan lebih mengutamakan jalur lesan untuk menyelesaikannya.


Kerjasama Orang Tua dan Guru

Mengacu kembali dalam hukum adat yang berlaku. Kini menghubungkan antara guru dan murid.

Sebisa mungkin setiap kali ada masalah sekolah yang menyangkut siswa, guru yang bersangkutan melaporkan hal tersebut kepada wali murid, dalam hal ini orang tua. Diharapkan orang tua bisa memberi pencerahan diluar sekolah, yaitu dirumah mereka. Tentunya dengan cara orang tua masing-masing. Bisa dengan diomongin, dan jika perlu dipertegas sedikit. Tapi jangan sampai dipojokkan.

Hal itu akan member rasa takut akan siswa akan perbuatan menyimpang. Siswa akan berpikir, “jika saya tawuran, pasti nanti sampai rumah dimarahin Babe”. Nah, itu yang diharapkan nantinya untuk para siswa. Karakter seperti inilah yang seharusnya ada pada setiap remaja di Indonesia.
***


Kesimpulan

Berawal dari rasa peka terhadap kondisi lingkungan desa. Terbesit pertanyaan, kenapa ya remaja desa jarang tersandung masalah social yang sering terjadi dikota-kota besar. Hingga muncul sebuah harapan urun rembug untuk mencegah dan menanggulangi masalah tawuran pelajar.

Ternyata kuncinya adalah peka dan perhatian sesama anggota masyarakat. Seperti halnya kita temui didesa-desa. Tak seperti kebanyakan dikota-kota. Orang orang cuek tehadap kondisi lingkungan sekitar. Tak mau tahu masalah dan problematika yang terjadi pada tetangga. Bahkan untuk orang-orang yang ringgal di apartment. Mereka tak tahu apa itu indahnya bermasyarakat. Karena sepulang dari kantor, mereka tak ada waktu lagi untuk bersosialisasi kepada lingkungan tetangga.

Ini hanya setitik pendapatku tentang masalah tawuran pelajar. Dan pemecahan masalah yang lebih komplek telah dipersiapkan kementrian Pendidikan Republik Indonesia dalam hal ini. Kita hanya tinggal menjalankan dan turut berpartisipasi demi lancarnya program dari pemerintah.

Harapannya, sebisanya semoga wajah perkotaan besar di Indonesia di beri nafas pedesaan. Dengan seluruh kehangatan, kenyamanan, dan kepekaan antar masyrakat. Sehingga menurunkan angka penyimpangan yang terjadi dengan hukum adat yang berlaku.

Menjelang hari sumpah pemuda 28 Oktober ini, seperti dalam kutipan Sumpah Pemuda
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Semoga bangsa Indonesia khususnya remaja mampu mencerna dan menancapkan dalam-dalam Sumpah Pemuda. Bahwa ini bukan sebuah kalimat biasa, namun sebuah ikrar turun temurun dari bangsa Indonesia.



Artikel  ini diikutsertakan pada Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Indonesia Bersatu : Cara Mencegah Dan Menanggulangi Tawuran.


27 Agu 2012

Carmall.Com : Jawaban Masyarakat Pinggiran Akan Mobil Baru


Mobil adalah suatu kata yang terkesan “waah” ditelingaku. Setiap kali mendengar kata itu pasti pikiranku tertuju pada orang kaya yang memilikinya. Tidak hanya oleh diriku. Tapi juga dengan puluhan orang didesa kecil tempat tinggalku. Semua beranggapan begitu.

Ya, aku tinggal disebuah desa pinggiran didaerah Magetan, Jawa Timur. Keseharian saya beserta warga desa yaitu setiap pagi pergi ke sawah. Mata pencaharian utama kami adalah bertani. Walau ada beberapa orang yang sudah bekerja di instansi perkantoran, namun sekelumit orang tersebut adalah orang perantauan yang telah menikah dengan warga desa disini. Pendapatan kami dibawah rata-rata. Tak ada keinginan memiliki sesuatu, apalagi sebuah mobil baru. Itu adalah suatu hal yang menurut mereka mustahil.

Untunglah, aku dibesarkan ditengah-tengah keluarga yang cukup berpikir. Keluarga begitu memperhatikan kebutuhan pokok selain sandang, pangan dan papan. Yaitu transportasi. Jauh sebelum aku lahir, kedua orang tuaku sudah berpikir matang. Ia tidak ingin seperti kedua kakakku yang harus dilahirkan dengan bantuan dukun bayi karena kesulitan menjangkau rumah sakit yang jaraknya lebih dari 20km. sebenarnya saat itu sudah ada sepeda motor, namun apakah mungkin seorang ibu hamil yang akan melahirkan dilarikan ke rumah sakit dengan sebuah sepeda motor. Tentu saja tidak dengan jarak sekitar 20km lebih.

Ayah membeli mobilbaru sekitar tahun 1980an. Harganya dulu saat itu sekitar 5jutaan. Sebenarnya bukan mobil baru, tapi mobil bekas. Saat itu sangat sulit mencari show room mobil karena memang daerah tinggal kami berada dipelosok dan pusat kotanya pun masih kota kecil dengan semua keterbatasan sarananya. Mobilnya pun rata-rata ber-plat B dari Jakarta karena memang semua mobil disini adalah buangan dari kota-kota besar.

Mobil van pertama yang mengantarkan kelahiranku. Menemani bertamasya bersama semua anggota keluarga. Juga menjadi penghasilan baru keluarga. Dengan langkanya mobil, bahkan mungkin mobil itu menjadi mobil satu-satunya didesaku, para tetangga sering menyewa mobil kami untuk mengantarkan dalam acara-acara tertentu, seperti pernikahan ke luar kota, rombongan menjenguk orang sakit bahkan untuk sekedar rekreasi. Semua mengandalkan mobil keluargaku.

Disekitar tahun 1990an, mobil itu sudah muncul berbagai masalah. Dengan seringnya terjadi kerusakan membuat keluarga mengambil keputusan untuk menjualnya. Akhirnya di tahun 1995, kami beganti mobil. Mobil keluaran tahun 1992 itu telah menggantikan mobil yang dulu. Dibeli dari rekan kerja ayah.

Inilah mobil yang paling lama menemani kebersamaan keluarga kami. Kami sangat nyaman bersama mobil itu. Menemani dalam suka maupun duka. Suka dalam mengantarkan pernikahan kakak pertama, dan menyambut wisuda kakak kedua. Bahkan dalam duka, suatu saat pulang dari jogja dalam acara pertemuan keluarga. Tepatnya pada malam hari, kami mengalami kecelakaan beruntun. Yang mengakibatkan bagian depan dan belakang mengalami penyok. Untung, kami sekeluarga tidak mengalami luka yang berarti. Tak seperti pada film yang kepala si sopir terluka karena terbentur setir.

Memang, mobil itu mempunyai bagian keramat. Ya, memang tidak bisa dipungkiri bukan rahasia lagi. Setiap mobil pasti mempunyai bagian yang dianggap keramat. Dan bagian keramat dari mobil kami ialah bumper belakang. Sudah berkali kali bumper belakang menjadi santapan empuk para pengendara lain. Pernah ditabrak motor saat perjalanan ke kota Kediri. Dan yang paling parah kecelakaan beruntun tadi.

10 tahun berlalu, jaman sudah berubah. Orde baru sudah digantikan reformasi. Dan krisis moneter saat itu berdampak pada ekonomi keluarga. Klimaknya menjelang tahun 2000an. Mobil terpaksa dijual untuk membiayai kakak.

Selang 2 tahun kemudian, kembali lagi ayah membeli mobil dengan jenis yang sama, minibus, tapi dengan merk berbeda. Sedikit dibawah level mobil kami sebelumnya. Ayah membeli dari seorang penjual mobil. Kondisi awal cukup lumayan memuaskan. Namun selang beberapa tahun, kerusakan mulai terjadi. Dari pintu bagasi yang mengalami kerusakan engsel, hingga harus turun mesin dan menghasilkan biaya yang sangat besar. Tak ingin rugi terlalu banyak, ayah langsung menjualnya lagi.

Namun apa yang terjadi, karena kurangnya informasi seputar mobil, mobil itu dijual kembali oleh penjual yang sama. Ya, mobil dari seorang penjual kemudian kembali lagi dibeli oleh orang tersebut. Dan di tukar dengan tipe station wagon oleh penjual itu juga. Mungkin kami adalah sebagai korban penjual itu. Terbelenggu dalam rantai penjualan.

Setiap kali membeli mobil ayah selalu membeli mobil bekas. Dan mobil yang ia beli hanyalah kebetulan. Kebetulan ada yang menawari dan kebetulan ayah sedang mencari mobil. Jadi tidak pernah ada target jenis mobil apa dan bagaimana spesifikasinya nantinya yang dibeli. Semua hanya kebetulan.

Inilah kondisi permasalahan jual beli mobil di daerah pinggiran tempat tinggal kami. Permasalahan kenapa para masyarakat pinggiran masih menggunakan tengkulak mobil bahkan terkadang merasa tertipu oleh kondisi mobil yang tak sesuai dengan gembar gembor dari penjual antara lain karena :

  •        Pengetahuan tentang spesifikasi

Ya, masyarakat kecil menengah seperti saya memang membeli mobil karena ada kesempatan. Bukan karena keinginan. Ketika ingin membeli mobil, dan ada satu jenis mobil yang dijual, maka mobil itu juga yang akan dibeli. Tanpa mempertimbangkan bagaimana spesifikasinya terlebih dahulu. Pokoknya membeli.

  •        Kurangnya informasi harga

Karena sedikitnya pengetahuan dan perkembangan mobil banyak masyarakat yang mengeluhkan mahalnya harga mobil baru. Mereka kurang mempunyai perbandingan antara beberapa mobil yang mempunyai harga selevel. Jika masyarakat mau meneliti dan mengorek informasi lebih mereka akan mendapat harga mobil minimum dengan spesifikasi lebih tinggi.

  •        Jauhnya akan showroom mobil

Inilah factor utama yang menyebabkan masyarakat kurang mengerti akan perkembangan mobil terbaru. Karena jauhnya akan showroom mobil, masyarakat cenderung malas untuk menuju ke showroom hanya untuk bertanya harga. Mungkin bagi sebagian orang melakukan kegiatan bertanya-tanya soal harga mobil baru adalah hal yang memalukan jika tidak langsung deal. Namun tanpa itu, kita tidak akan mendapatkan barang yang pas dan sesuai keinginan.

  •    Kredit atau cash ?

Masyarakat sekarang ini merasa bingung, antara harus membeli mobil dengan system kredit ataupun cash. Membayar dengan system kredit dengan bunga 8,5% yang jika di akumulasi sampai 4 tahun sekitar 29 jutaan dengan harga mobil sekitar 133 juta rupiah. Atau bagi masyarakat yang memperhitungkan matang-matang bisa menunggu sampai uang terkumpul baru akan membeli sebuah mobil dengan cash. Semua ada baik dan buruknya, tergantung kebutuhan dan kondisi financial seseorang.

  •     Tak ada rekomendasi

Masyarakat pedesaan khusunya. Mereka menganggap mobil adalah barang mewah. Padahal jauh di masyarakat perkotaan mobil telah menjadi kebutuhan pokok yang wajib ada dalam sebuah keluarga. Hal mengakibatkan masyarakat desa kurang berpengatahuan dalam hal kendaraan. Baik itu tipe yang tepat bagi keluarga agar tercipta kenyamanan dan keamanan bagi pemiliknya. Mobil harus disesuaikan dengan kebutuhan, untuk apa dimiliki, bagaimana medan di wilayahnya dan juga kemampuan atau budget.


Menjawab semua keluhan masyarakat akan sulitnya mencari mobil baru, harapan akan cari mobil baru praktis, dan kurangnya perkembangan di tengah tengah masyarakat desa, CarMall.com solusinya. Kenapa ? karena di desa mengakses internet lebih praktis daripada mencari mobil baru.

Ya, gadget sekarang sudah menjadi barang umum di masyarakat. Perkembangannya sangat cepat daripada mobil. Harganya terjangkau, hampir semua ponsel bisa untuk akses internet. Dan warnet sudah berkeliaran dimana-mana. Ini yang harus dimanfaatkan masyarakat desa untuk menggali informasi tentang mobil baru yang akan dibelinya.

Melihat beberapa hal yang telah menjadi momok di masyarakat pinggiran itu, kini telah ada solusinya. Anda akan mendapatkan secara detil spesifikasi berbagai jenis mobil, mulai dari low end, mid end, hingga high end. Juga berbagai update harga terbaru bahkan promo jika ada dealer yang menyediakan promo. Tak perlu jauh jauh datang ke showroom di luar kota jika hanya untuk bertanya tentang mobil. Cukup dengan mengklik CarMall.com, cara praktis mencari mobil baru.

Sekarang mereka hanya tinggal mengklik alamat CarMall.com, The Only Place For Smart Car Buyer. Maka seketika berbagai gambar mobil akan terpampang. Dari buatan jepang sampai eropa. Bahkan mobil yang sama sekali belum anda ketahui akan ada disini.


Range Harga
Langkah pertama yaitu berapa budget kita. Ingin ,membeli mobil dengan range harga antara 50juta-100juta, 100juta-150juta, 150juta-200juta atau yang lebih sampai 1 miliar bisa anda temui disini.
Pilih harga minimal yang anda cari. Kemudian pilih batas maksimal harga. Dan juga jenis apa yang anda cari. Jika anda ingin semua jenis mobil, abaikan saja.
Dalam contoh disini kita akan mencari mobil dengan harga antara 150juta sampai 200jutaan dengan MPV. Apa itu MPV ? nanti anda akan tahu sendiri dengan melihat contoh mobilnya. Hehehe .


Maka akan muncul berbagai mobil dengan jenis MPV tentunya dengan harga antara kisaran 150juta sampai 200jutaan. Sekarang anda bisa mengetahui, “oh, ternyata mobil ini harganya segini.”
Lebih baik lagi jika mobil incaran anda berada di range ini, jadi anda tak perlu repot repot mencari tahu mobil jenis lain yang anda kurang suka dan paham akan seluk beluknya.

Review
Setelah anda memilih tipe apa yang cocok dan pas buat keluarga anda, cari tahu kelebihan dan kekurangannya dengan cara melihat reviewnya. Kembali ke beranda. Scroll mouse ke bawah, akan ada tab review disana. Klik review, atau ketikkan alamat http://id.carmall.com/id/otomotif/review_mobil/. Pilih merk mobil yang ingin anda cari.


Setelah itu akan muncul berbagai jenis dan tipe mobil dari merk tersebut. Dalam contoh disini Tanpa bermaksud promosi, muncul berbagai tipe dari merk Daihatsu.

Komparasi
Bingung dalam pilihan itu wajar. Namun kita harus memilih salah satu. Seperti halnya hidup, hidup adalah sebuah pilihan. Dan pilihlah sesuatu yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kita.

Mungkin anda memiliki lebih dari satu mobil idaman dan harus memiliki yang mana dulu ? nah, tak perlu ribet dan galau. Dengan memanfaatkan fungsi serbaguna komparasi mobil baru dari CarMall anda akan mendapatkan data perbandingan lengkap hingga 8 perbandingan mobil.


Sebagai contoh, sekali kali bukan bermaksud promosi, kita akan membandingkan dua tipe mobil, yaitu antara Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza. Kenapa ? ya, bukan rahasia umum lagi, kedua mobil tersebut mempunyai beberapa kesamaan dan kemiripan, terutama bodynya. Namun apakah sama dalam hal mesin ? nah, untuk itulah komparasi mobil ini di gunakan.

Anda bisa memperhatikan dengan seksama perbandingan kedua mobil ini mulai dari distributornya, info harga, dan tentu Spesifikasi. Pilih yang sesuai dengan kebutuhan anda dan kini keputusan bijak anda dibutuhkan.


Kredit
Ini yang bikin galau para pembeli mobi, pengen cepet punya mobil baru tapi uang belum terkumpul, atau ikut kredit tapi masih ragu jika nanti ditengah jalan macet. Semua keputusan harus diperhitungkan matang matang supaya nantinya tak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

CarMall.com menyediakan fungsi serbaguna simulasi kredit mobil baru. Dengan fungsi ini, memudahkan anda untuk mengetahui biaya bulanan yang harus anda keluarkan untuk mengangsur mobil baru anda dengan tepat.


Caranya cukup mudah, pertama kali anda harus menentukan jenis mobil yang akan dikredit. Tak usah takut, ini hanya simulasi, coba saja tipe yang anda kehendaki. Misalnya sebagai contoh tanpa bermaksud promosi, kita pilih Daihatsu Xenia tipe 1.0 D Standard (M) dengan harga 134,6juta. Masukkan jumlah kredit dalam persen, adalah harga total dikurangi DP kemudian dipersentasekan. Setelah selesai, klik hitung.

Maka dalam kolom hasil akan terlihat dengan detail bunga kredit berapa persen sesuai system yang anda ikuti, dari 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun dan 4 tahun, beserta cicilan perbulan, jumlah bunga total, beserta berapa biaya akhir jika anda mengikuti kredit.

Direktori Otomotif

Butuh aksesoris untuk mobilbaru kesayangan anda ? Lihat saja direktori otomotif yang ada di halaman depan Carmall.com. disana anda perlu repot berkeliling kota untuk mencari bengkel aksesoris mobil, cukup mencari yang terdekat dengan posisi anda, kemudian siap meluncur. Semua ada di CarMall.com.



Nah, praktis bukan ? anda siap membeli mobilbaru ? silakan langsung datangi situs CarMall dan dapatkan info terbaru seputar promo mobil dari berbagai distributor dan dealer seluruh Indonesia. Dan jangan lupa download brosurnya. Ini akan memudahkan anda dalam mencari informasi.
Adik bersama mobil keluarga, DOK. pribadi

Dengan CarMall, semua masyarakat pinggiran tak perlu bersusah susah pergi ke kota untuk sekedar mencari informasi seputar mobil baru. Karena dengan CarMall.com, mobil baru Bukan Impian Lagi.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More